Penerimaan dan Perubahan
Raka, seorang lelaki bersama dengan walinya datang untuk menemui Mega di rumahnya. Hari itu Mega benar-benar canggung.
Mega sadar bahwa tidak mudah untuk untuk menikahi seorang lelaki yang tak dikenalnya.
Sebuah pernikahan politik yang direncanakan keluarga Mega sebelum dia lahir. Mega benar-benar membenci kenyataan itu, kadang dia berpikir alangkah baiknya jika dia tidak terlahir dari keluarganya.
Saat pertemuan pertamannya dengan Raka mereka diberi kesempatan untuk berbicara di taman.
“Ada apa? mood kamu jelek banget! Ada yang salah?” Tanya Raka.
“Nggak papa kok!” Jawab Mega singkat.
“Ayolah, ngomong dong. Mungkin aku bisa bantu bikin mood kamu BERUBAH.” Kata Raka.
Setelah mendengar kata BERUBAH, Mega mengeraskan suaranya dengan nada sesak. “BERUBAH? Hah? Keluargaku, teman-temanku, rumahku, pekerjaanku, dan sikapku pun harus berubah setelah pernikahan ini. Gimana kamu bisa ngebantu dengan perubahan ini?”
Mereka terdiam sejenak. Mereka berdua sadar akan hal itu.
Beberapa saat kemudian, Raka menggenggam tangan Mega dengan lembut. “Lihat aku” kata Raka. Saat kedua mata mereka bertemu, Raka dengan tegas bilang, “Aku nggak akan bikin kamu berubah!”
Kata-kata Raka benar-benar mengena di hati Mega. Saat itu Mega sadar bahwa yang dia butuhkan adalah konfirmasi Raka untuk menerima Mega apa-adanya. Walaupun dia tahu dengan pasti semuanya akan berubah.
Setelah pernikahan berlangsung, Raka tetap komitmen pada kata-katanya hari itu, dan tidak pernah meminta Mega untuk berubah. Mega dengan sendirinya mulai berubah secara perlahan.